Aliran musik ini memang memiliki segmen tersendiri bagi penggemarnya. dalam hal ini adalah para headbanger yang kadang diidentikkan dengan hal-hal negatif, seoerti tato di seluruh badan dan berbagai anggapan negatif lainnya. Aliran musik-musik cadas seperti punk, grindcore, hardcore, dan black metal mulai mendapatkan ruang di Indonesia pasca tumbangnya rezim Orde Lama.
Meski tak sebebas di negeri asalnya, nyatanya jenis-jenis musik ini bisa tumbuh di Tanah Air selaras dengan kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang terjadi kala itu.
Dalam panggung musik Tanah Air, sikap refresif pemerintah dilabrak dengan musik-mmusik cadas ini. "Inilah yang kerap menjadikan mereka (para headbanger) dilabeli negatif, seperti pemberontak, anti kemapanan, dan lain sebagainya," kata pemerhati musik, Denny Sakrie.
Namun, perlahan perkembangan musik-musik cadas terus mekar. Di era '90an, eksistensi musik-musik cadas terus berkembang dengan munculnya komunitas yang tersebar di selurh penjuru Indonesia.
Para headbanger ini tak hanya sebagai penggemar saja, tetapi juga bagian dari perkembangan musik itu sendiri. "Komunitas-komunitas initurut berperan dalam perkembangan musik-musik ini," kata Denny.

Misalnya melalui festival seperti Bandung Berisik. Acara tersebut merupakan salah satu ajang festival musik-musik cadas terbesar se-Asia Tenggara sekaligus salah satu festival tertua di Indonesia.
Source : Harian Pikiran Rakyat
No comments:
Post a Comment